Wednesday 22 September 2010

Sampai Kapan Akhirnya Saya akan Menulis

Blog ini sebenarnya sedikit berubah dari tujuan awalnya. Awal mula blog ini dibuat. Tadinya, blog ini saya bayangkan akan seperti blog fashion-blog fashion yang ada pada umumnya, tapi karena satu dan hal lainnya, saya belum bisa mewujudkan hal itu. Semua sepenuhnya saya persalahkan atas diri saya yang masih belum bisa konsisten dengan apa yang saya kerjakan.

Jadi, ya sudahlah gpp ini blog saya isi sama sampah-sampah curhatan saya, itung-itung latian nulis. Yang penting saya isi tiap hari, apapun itu isinya. Ga ada tujuan sih, cuma ingin menulis, syukur-syukur bisa melatih saya agar mulai konsisten. Lagian followernya masih sedikit, saya bisa lebih bebas menuangkan isi pikiran.
Ngomong-ngomong ga ada hal penting yang ingin saya tulis, meskipun kepala ini lagi penatnya minta ampun. Dijejali banyak pikiran aneh. Tentang keluarga (terutama), kuliah, cinta-cintaan, masa depan, pertemanan. banyak deh. sampai-sampai saya bingung dari mana saya harus mulai cerita.

Oh iyaa, mungkin bisa saya ceritakan satu persatu saja berdasarkan tema-tema tertentu. Tematik gitu sifatnya.

Keluarga
Masih rumit. Kadang saya sampai berpikir, sampai kapan saya bisa bertahan? Kalau bukan gara-gara adik saya yang begitu kuat menanggung banyak beban. Bertanggung jawab sama banyak hal. Kenapa ada manusia-manusia yang begitu tidak sadar, mereka telah menyakiti banyak pihak? Ketika hingga saat ini, saya tidak mengintervensi kalian itu hanya gara-gara Ibu saya. Dan saya menghindari pertengkaran dengannya. Bagaimana bisa kalian merongrong masalah 'membeli rumah', jika kalian (sangat mungkin) tahu, kami anak-anaknya yang merantau mencari ilmu, hidup pas-pasan, bahkan terkadang harus pinjam sana-sini demi bisa makan atau sekedar jajan atau sekedar beli baju baru (yang itu pun harus dengan pintar kami pilih di awul-awul). Sampai kapan kalian bisa hidup mandiri dengan kehidupan sendiri? Sampai kapan Ibu kami mesti menanggung beban berat di pundaknya??
Diatas segalanya, saya selalu berdoa untuk kebaikkan kalian.

:Abah
sampai kapan Abah mau nganggur? sampai kapan? padahal usia Abah masih produktif. Meskipun iya, Abah sebelumnya kerja. Abah pensiun dini dari Telkom, tp tetap saja sudah 4 tahun ini Abah nganggur. Saya sudah menyelesaikan buku biografi Amien Rais yang ditulis oleh anaknya. Saya miris, saya rindu punya bapak dengan karakter yang kuat. Bukan karakter yang plin-plan seperti Abah. Bukan karakter yang beraninya dibelakang. Bukan karakter yang belum bisa membela anak-anaknyanya padahal sudah dibikin berantem versus mama, sama manusia-manusia itu. Bukan karakter yang selalu membuat banyak target tetapi hanya sedikit sekali dan bahkan tidak ada yang tercapai.

:Mama
sampai kapan ma? kapan mata mama bisa terbuka? kapan mama bisa fokus? kapan mama bisa berhenti berbohong??

Kuliah
Ini. Kuliah. Belum ada passion yang berarti, tapi saya harus mengalahkan kebosanan ini. saya selalu mensugesti diri saya yang sedang malas ini. sugesti bahwa saya malas kuliah karena kelamaan liburan. Well, let see..

Cinta
So far berjalan saja. Kadang saya merasa kurang bersyukur punya pacar sebaik Imam. Kebaikannya luar biasa. Malah bikin saya makin hari makin lama makin sayang. Hingga tak terasa hubungan saya sudah dua tahun dengan dia. Tapi ada beberapa saja yang mengganjal. Sifat kita sepertinya terlalu sama, pembosan, tidak suka terikat, dan pada dasarnya introvert (meskipun dari luar saya terlihat cerewet kayak bebek/ekstrovert). Ini repotnya. kita naik turun bareng-bareng. Masalah apa aja, jadi saling bersandar. Dan saling bersandar itu bikin kita bisa naikkk bgt atau turun bgt. Proyeksi masa depan? semoga saya bisa sampai di meja akad penghulu. Tapi, siapa yang tahu?? Jodoh dan Takdir, saya percaya sudah ditentukan dengan detail sama yang diatas :)

Bye now,
Besok saya nulis lagi :)